Skip to main content

Hujan Abadi

Hujan! Aku benci hujan! Teramat benci. Saat arakan awan hitam perlahan datang, hatiku mulai menyumpah. Serapah tak pantas kukeluarkan meski hanya dalam hati. Dan tak berselang lama, langit menumpahkan semuanya ke bumi. Aku? Semakin menyumpah. Saat ini, aku tengah terjebak hujan. Membuat perjalananku terhambat. Aku tertahan di sebuah emperan toko.
"Kenapa kau begitu benci dengan hujan?" kudengar seseorang berkata. Aku menoleh, kau bertanya padaku, batinku. Dia mengangguk.
"Ya, aku bertanya padamu. Dari tadi kudengar kau menggerutu. Kau tahu? Itu sangat mengangguku," ujar laki-laki berwajah tirus itu.
Aku jadi heran, bagaimana dia bisa mendengar apa yang kuucapkan dalam hati. Aku menghela napas, "orang lain tidak ada yang terganggu, kau saja yang berlebihan. Lagi pula aku mengucapkannya dalam hati. Salah siapa mencuri dengar kata hati orang lain." Aku berucap dengan ketus. Kulihat orang itu memcoba bersabar. "Suatu saat kau akan membutuhkanku! Ingat itu!" ancamnya. Aku acuh, melenggang pergi. Hujan mulai menyusut. Namun, hatiku masih menyumpah. Kali ini karena laki-laki itu.

-***-

Akhir bulan Desember, hujan turun dengan menjadi-jadi. Aku kembali terjebak hujan. Kali ini tidak di emperan toko, tapi di sebuah halte bus. Curah hujan semakin deras. Orang semakin banyak berteduh di sini. Tubuh mungilku terdorong hingga tepian halte. Tempias hujan membuatku merapatkan jaket. Tanpa kusadari, di sampingku sudah berdiri laki-laki sok tahu yang kutemui beberapa hari yang lalu. Di tangannya tergenggam sebuah payung pelangi. Raut wajahnya ramah, dia tersenyum. Aku dengan kaku berusaha membalas senyumnya.
"Aku bisa menghentikan hujan ini jika kau memintanya," bisiknya di sela-sela suara gemuruh air hujan. Mataku menatapnya tak percaya. Benarkah? tanyaku dalam hati. Dia mengangguk. Kalau begitu, hentikanlah. Kembali aku berkata dalam hati.
Dia melipat payung pelangi itu. Kemudian, ia pejamkan mata. Wajahnya tampak teduh. Satu detik, dua detik, tetap tidak terjadi apa-apa. Hujan masih sama derasnya. Lima detik berlalu, hujan masih sempurna deras. Aku menaruh harapan padanya. Ayolah! bisikku.
"Sebentar lagi hujan akan reda, bersabarlah." Kudengar suaranya. Namun aneh, aku tak melihatnya membuka mulut.
Perlahan tapi pasti hujan mulai menyusut. Aku bersorak dalam hati. Akhirnya aku bisa pulang.
Dia membuka mata. Aku melambaikan tangan padanya dan segera berlari pulang. "Terima kasiiih," kataku sambil berlari. Dia hanya tersenyum dan mengangguk.

-***-

Aku tidak pernah memikirkannya. Namun, saat hujan turun, aku selalu teringat padanya. Aku berharap dia akan datang. Lantas, aku akan memintanya menghentikan hujan. Harapan tinggallah harapan, ia tak pernah pagi nampak batang hidungnya. Ia seperti hilang ditelan bumi. Aku membutuhkannya. Persis seperti yang ia katakan saat pertama bertemu. Aku membutuhkannya untuk menghentikan hujan. Aku resah tatkala hujan dan tanpa dirinya.

-***-

Gerimis mengiringi langkah kakiku, Aku yang tergesa ingin segera sampai di tempat kerja. Namun, di persimpangan jalan kudapati kerumunan orang. Aku mendekat, mencari tahu apa yang terjadi. Mataku terpaku pada sosok yang tergeletak di tengah kerumunan. Kilau merah menutupi sebagian wajahnya. Tulangku serasa lepas semua, tubuhku tak berdaya. Aku mengenali wajah itu. Dia laki-laki penghenti hujan. Aku jatuh terduduk di samping tubuhnya. Matanya masih terbuka, menatapku.
"Jangan pernah menangis!" pesannya. Matanya terpejam dan tak pernah terbuka lagi. Air mata tak mampu kutahan. Aku menangis. Kugoncangkan tubuhnya. Namun, ia tetap tak bergerak. Orang-orang menatapku bingung. Aku tak mampu lagi berpikir. Yang aku tahu, dia meninggalkanku bersama hujan. Hujan yang abadi. Hujan yang tak akan terhenti. Selamanya.

-***-

Dan pada akhirnya aku sempurna ditingalkan
Bersama hujan yang abadi
Di tempatku berpijak ini, hujan tak kan terhenti
Dan dimanapun aku berada, jika aku menangis maka hujan akan turun
Aku, gadis pemanggil hujan
Yang kini kehilangan penangkalnya,
Selamanya.....

Kulon Progo, 2-4 Juli 2016

Comments

Popular posts from this blog

Cerpen Pertamaku

Ini adalah cerpen pertama saya. Cerpen untuk tugas pelajaran Bahasa Indonesia ketika saya duduk di bangku Madrasah Tsanawiyah.  :-) KAKAKKU SAYANG             Siang hari yang terik, aku duduk di teras. Seperti biasa, aku menunggu kakakku, Kak Raisa. Jam-jam segini biasanya Kak Raisa sudah pulang. Saat kakak pergi aku selalu merindukannya, entah mengapa demikian. Padahal kakakku hanya pergi ke sekolah. Lima belas menit kemudian, ku lihat Kak Raisa datang. Kemudain ku ikuti Kak Raisa masuk rumah.             “Kakak makan dulu ya! Pasti kakak lapar, kan? Tadi Rere sudah buatin nasi goreng kesukaan kakak.”             “Iya adikku sayang, kakak ganti baju dulu ya. Lalu nanti kita makan siang bareng” Jawab Raisa.             “Iya kak.” Jawabku patuh ...

Tuladha Serat Pribadi | CONTOH SURAT PRIBADI BAHASA JAWA

Sumber gambar :  Pinterest Berikut ini adalah contoh surat pribadi dalam bahasa Jawa. tentu saja tulisan ini belum sempurna, saya tunggu kritik dan sarannya.  Kulon Progo, 04 Mei 2015 Bapak saha Ibu Wonteng ing Solo             Sembah sungkem pangabekti,             Lumantar serat punika, kula ngaturi uninga bilih kawontenan kula ing mriki tansah ginanjar wilujeng nir ing sambikala. Menggah panyuwunan kula dhumateng Gusti Allah SWT, mugi-mugi kawontenanipun Bapak saha Ibu ugi mekaten. Amin             Bapak saha Ibu ingkang kula bekteni, lumantar serat punika kula badhe caos kabar bilih kala wingi kula Juara II Lomba Cerkak se-Kabupaten Kulon Progo. Saha Insya Allah kula badhe wangsul dateng Solo benjang wulan Desember. Nyuwun pangestunipun mugi-mugi sedaya dipun paringi kalancaran.   ...

Sepotong Pelangi

Haii semua, apa kabar? Semoga semuanya dalam keadaan sehat tak kurang suatu apapun. Hmm inilah blogku, blog Sepotong Pelangi. Hidup itu seperti sepotong pelangi. Benar, kan? dan aku adalah sepotong kecil pelangi kehidupan. Hidup yang penuh warna, penuh suka dan penuh duka. Aku tidak tahu akan berwarna apa esok hari. Mungkin berwarna biru dan bisa juga berwarna kuning. Pelangi, konon memiliki tujuh warna. merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu. Setiap warna memiliki kisah dan jalan yang berbeda. Sama seperti manusia. Setiap manusia memiliki kisah dan jalan hidup yang berbeda. Sebuah warna dapat tercampur dengan warna yang lain, misalnya biru bertemu kuning. Maka ia akan berubah menjadi hijau. Tak jauh berbeda dengan manusia. Seorang manusia ketika bertemu dengan orang lain, bisa juga ia berubah. Berubah sifatnya, berubah karakternya dan bisa pula berubah penampilannya. Dan inilah aku, sepotong pelangi yang berkeinginan menjadi  pelangi utuh. Menebarkan keindahan di se...