Dalam postingan kali ini, saya akan mengeluarkan beberapa
hal yang berkecamuk di dalam otak saya. Hal pertama yang sering muncul di benak
saya adalah mengapa ada orang yang pelit, saya rasa bukan pelit sebenarnya.
Hanya saja mereka enggan untuk berbagi. Berbagi apa? Contoh kecilnya berbagi
ilmu pengetahuan. Sebagai seorang pelajar, saya sering menemui orang- orang
yang enggan untuk berbagi ilmu pengetahuan dengan saya. Jika saya tanyakan
beberapa hal yang saya kurang tahu, mereka seperti enggan untuk menjawab.
Padahal saya tahu bahwa mereka sudah tahu tentang hal yang saya tanyakan. Bukan
hanya enggan menjawab. Terkadang pertanyaan saya seperti membentur tembok mati
alias tanpa menemui jawaban. Mereka hanya menjawab “Tidak tahu.”
Menurut saya, hal seperti ini sebaiknya dihilangkan dari
pribadi masing-masing. Sehingga kita bisa saling membantu dalam ilmu
pengetahuan. Bukankah dalam agama sudah diperintahkan untuk saling
tolong-menolong dalam hal kebaikan? Jadi apa susahnya membantu teman yang belum
tahu tentang materi pelajaran.
Saya sendiri menyadari, terkadang saya juga masih enggan
untuk berbagi dengan teman-teman saya. Tapi, saya berusaha untuk menghilangkan
rasa enggan tersebut dari hati. Dan saya berusaha menjawab setahu saya jika ada
teman atau siapa saja yang bertanya kepada saya. J
Hal kedua, saya pernah merasa sakit hati karena suatu hal
kecil. Sebenarnya saya tidak perlu sakit hati, tapi saya juga manusia biasa
yang punya hati sehingga bisa merasakan sakit. Sebenarnya ini hanyalah hal
sepele. Kita dididik untuk menjadi orang yang jujur, jujur dalam segala hal
termasuk ketika ulangan harian. Maklum saya masih pelajar jadi yang saya tulis
tentang ulangan harian saja, J. Suatu ketika, guru mata pelajaran saya
mengadakan ulangan harian. Saya sudah berusaha belajar semaksimal mungkin dan
saya niatkan dalam hati saya tidak akan mencontek. Saya duduk dengan salah
seorang teman yang termasuk golongan pandai di kelas saya. Teman tersebut
mengerjakan soal ulangan dengan serius. Dia menutupi lembar jawabannya dengan
rapat sekali. Seolah-olah saya ini mau mencontoh jawabannya. Padahal tak ada
sedikitpun niat saya untuk mencontoh jawabannya. Perbuatan dia itu sedikit
membuat saya tersinggung dan dalam hati saya berkata, “Aku dididik untuk jujur,
jadi meskipun lembar jawabanmu kau buka lebarpun aku tidak akan menyalinnya di
lembar jawabanku. Kenapa harus ditutupi? Kuakui kamu memang pintar, Kawan. Tapi
jangan bersikap seperti itu dengan temanmu yang kurang pandai ini?” Dan apakah
kalian tahu? Setelah nilai ulangan diketahui, ternyata teman saya tersebut
tidak lulus sedangkan saya meskipun dengan nilai yang pas-pasan berhasil lulus
ulangan.
Tetapi, saya sadar bahwa setiap orang memiliki karakter
masing-masing. Saya mencoba untuk memahami, mungkin teman saya tersebut memang
memiliki karakter protektif terhadap apa yang ia miliki. Ia tidak ingin ada
seorangpun yang mencontek hasil usaha kerasnya. Jadi, ia berusaha untuk
melindungi lembar jawabannya semaksimal mungkin. Kepada teman saya tersebut
saya ucapkan terima kasih sudah menyadarkan saya tentang karakter manusia yang
berbeda-beda dan saya minta maaf atas ketidakpahaman saya tentang karaktermu.
Semoga kamu memaafkan saya.
Saya rasa pada kesempatan ini cukup sekian yang dapat
saya tuliskan. Mungkin pada lain kesempatan akan saya lanjutkan karena masih
banyak hal yang menganggu pikiran saya. Untuk teman-teman yang sudah membaca
catatan kecil ini saya ucapkan terima kasih dan semoga teman-teman bersedia
berkomentar tentang tulisan saya demi perbaikan untuk tulisan saya yang
selanjutnya. J
Comments
Post a Comment