Oleh : Sepotong Pelangi
Ibu, bertambah haru wajahmu
Setelah diriku menyusuri potret biru sebuah perjalanan
Di mana sepanjang jalan kutemui kerusakan
Puing-puing bangunan yang berserakan
Bau kebohongan menguar menusuk tajam penciuman
Belum setitik pun kebahagian kutemukan
Hanya tangismu yang sayup-sayup menelisik pendengaran
Mengiris, merobek, dan mengoyak kesadaran
Ibu, kini tubuhmu ringkih penuh lara
Meleleh air matamu karena duka
Terengah-engah melawan cela
Di saat asa nyaris benar-benar tak tersisa
Aku menemukan sepotong integritas untukmu, Ibu
Yang digenggam erat tangan-tangan pemberani
Yang melekat kuat di jiwa-jiwa yang peduli
Yang mendarah daging di tubuh penggawa suci
Yang siap membela kebenaran dan keadilan hakiki
Ibu, mungkin saat ini aku bukan bagian dari para kesatria
Namun aku berusaha berdiri persis di belakang mereka
Menopang sekuat tenaga
Demi kembalinya tawamu
Demi menyingkap kabut-kabut dukamu
Dan demi terwujudnya asamu
Jangan lagi sendu kau cumbu, Ibu
Karena ada masanya datang insan-insan panutan
Yang tidak hanya membawa sepotong integritas, tetapi juga membawa perubahan
Bahu-membahu berkarya dalam kemanfaatan
Hanya untukmu, Ibu
Balikpapan, Juli 2017
Comments
Post a Comment